Terbesit merayap usia dikala senja
Canggihnya dunia pemanja akal
Melupakan segala hakikat
Hakikat yang terbesit dari makna hidup sesungguhnya
Keenyaan yang tersirat di tempo senja
Mega menguning pertanda usia semakin renta
Layu.. hingga lumpuh enggan bisa menyentuh
Dunia
yang memanjakan
Memadamkan
segumpal daging penggerak akal
Memejamkan
segala mata dari segala syukur atas hakikat
Membodohkan
akan tempat pembalikan
Renta
tak bermakna
Hingga
penyesalan berujung luka
Duka
mengulurkan nanah dalam kehampaan
Siksa
di tempat pembalikan
Tak berarti segala permintaan ampun atas kelalaian
Sia-sia dalam kedurhakaan
Kesombongan yang melekat atas segala kekhilafan
Penyesalan yang tak berarti
Membuahkan kepedihan tiada ujung
Siksaan yang bundar
Hingga kesucian yang membawa pantas
|
Senja ini..
Bersorak bersama mega
Berpedang berbanjar angin
Menguning kemenangan
Berasap berabu perak
Senja
ini..
Melenyap
membawa potret sandiwara
Tertunduk
pada rembulan sang raja malam
Berbalik
bergulirkan rinai hujan
Merajut
kenangan bersama ranting-ranting patah
Menyimpul
segala kenangan bersama daun bertebaran luka
Senja ini..
Pemotret kenangan
Tiada blurnya kehidupan
Tertata rapi bernada rintih
Memuja muji Sang Penggerak mega..
Memuja muji sang Penghancur para musuh
Dan senja ini Pemuja Sang Penyelamat
Berpedang bersama musuh
Bersabar menginjak alur pedang
Demi syurga dibalik pedang
Demi merengkuh segala Ma’ruf
Demi jauh dari segala mungkar
|
Atas tempo... tak ada
kepedulian
Atas tempo... merunduk tiada sapa
Atas tempo... tiada senyuman
Atas tempo... senja yang terabaikan
Atas tempo... sunyi rasa kasih
Atas tempo...
Ya atas tempo.. senja tak menyerah menghangatkan
Atas tempo.... mega bertepi di dermaga senja
Atas tempo... sekejap menghilang
Atas tempo... ada sepi dalam sembunyi
Atas tempo... senja menyapamu
Atas tempo... senja pergi meninggalkanmu
Atas tempo... senja tetap mencintaimu
Atas tempo.. pengharapan menggulung hidup
Atas tempo... senja merekam kenanganmu
Atas tempo... senja menunggu pucuk kebahagiaan
Dan atas tempo... jemarimu menyapa senja, kembali. Harap
|
Menyentuh saat-saat kehangatan
20’ dering menggemparkan
Pendaman yang dirajut sejak bendera Jepang berimajinasi
Anugerah seakan indah
Bercermin dibalik layar khayalan
20’
menggetarkan
Bukan
tentang dunia milik berdua
Bukan
pula tentang kehidupan yang selamanya bahagia
Tapi
ini sebuah perubahan yang harus di selipkan
Ya...
diselipkan dalam bundarnya kenangan
Takkan
berujung
Meski
rindu menyesatkan aliran nafas
Meski
hati tersayat lumpuh
Ini aura senja
Saat mengenal Ilalang yang lembut akan kasih
Bersama mega mengulurkan tampon-tampon kehangatannya
bersama mega pula merengkuh menganggukkan persetujuan
|
Hamparan
bunga semerbak mewangi
Sekujur
senja yang menggigil kerinduan
Larian
angin mengalun
Mengulik ilalang dalam tarian
fajar
Saaat embun mulai menghilang
Ilalang menari semakin lincahnya
dengan mentari hangat
Sedang senja mengusik waktu tak
ingin tau
Angin yang berbisik saat senja
mulai tiba
Ilalang tiada lagi merindukan
Menyapa ilalang tiada makna
hingga renta, mungkinkah..
Merunduk tak menyapa
Senja merindukan dengan firasat
yang hangat
Saat atap dengan gelisahnya,
Senja berbalik tiada tumpahan
rindu
|
Terpaku pada waktu
Menunggu sebuah cinta
Celoteh burung menyemangati
Hembusan angin pengawal mega
Sentuhan ilalang pemuja senja
Tergelincir mentari sore
Sorak angin melambai nada
Sapa senja di ufuk ilalang
Bercengkrama patuh bersama rasa
Mengulur rindu disemak - semak
Peluk senjaku bermega rindu
Untukmu ilalang pemuja senja
|
Rintik hujan yang tak menginginkan pergi dari kerinduan daun
Daun yang enggan melepaskan jemarinya
Senja yang tersenyum menyentuh ilalang
Bersama pelangi yang berbinar secara perlahan
Gelisah hujan yang pergi dengan pasrah...
Mengalah.. dan
Berharap esok datang untuk daun
Kian senja yang menari bersama ilalang
Merangkai rindu dalam pelangi senja
Pelangi yang berbisik, saatnya aku menghilang..
Mega kuning, “kau temani tarian mereka..
Kau tak jauh indah dariku..
Senja dan ilalang menari tak menghiraukan..
Genggaman, seakan tak mengharapkan perpisahan..
|